Islamic Widget

Selasa, 24 Agustus 2010

PEMAHAMAN AGAMA GANJIL DARI MASA KE MASA

Pemahaman Agama Ganjil
Dari masa ke masa
Oleh: Abah Mukhlas Hasyim
Pemahaman-pemahaman agama yang menyimpang dari kaidah-kaidah penafsiran nash serta prinsip-prinsip usuludin sudah muncul sejak generasi pertama umat islam (Asssalaf Ash shahih).
Pemahaman-pemahaman ini muncul dalam bentuk yang berbeda-beda & tentu dengan latar belakang/dorongan yang berbeda-beda pula. Di penghujung kepemimpinan Ali bin Abi Tholib R.A,
sekelompok orang terbakar dendam politik mengangkat isu aqidah dengan slogan "laa hukma illa lillah", mereka mengkafirkan & berlaku kejam kepada umat muslim yang tidak sefaham.
Itulah kelompok yang kemudian di kenal dengan sebutan Al Khawarij/ Al Haruriyah.
Pada saat yang sama & dengan latar belakang politik pula muncul kelompok syi`ah dengan pendapat-pendapatnya yang tidak asing lagi di dunia islam.


Di masa di nasti Abbasiyah, seorang penyair yakni, Abul `Ala Al Ma`ri mengkritik hukuman potong tangan bagi pencuri, ia mengatakan:
"satu tangan harus di tebus dengan 500 dinar, kenapa hanya karena mencuri 1/4 dinar itu harus dipotong?"
Kritikan ini boleh jadi karena faktor keingintahuan si penyair tentang suatu hukum yang tidak di anggap rasional / boleh jadi ia sengaja membuat keraguan terhadap syariah islam sebab pada masa itu terdapat banyak orang Zanadiqah yang tidak jelas keyakinannya.

pada masa ini pula muncul kelompok Ikhwanushshafa yang tidak jelas siapa orang-orangnya tetapi pikiran mereka di tuangkan dalam tulisan-tulisan antara sastra & filsafat .
Pada intinya mereka mengajak manusia untuk berbuat kebajikan tanpa harus berpegang pada aturan-aturan syari`ah.

Kemudian lahir pula kelompok Bathiniyah yang menganggap ayat-ayat Al quran mempunyai jenis makna yaitu makna makna lahir dan makna batin . Aliran ini terus eksis meski Imam Al Ghazali telah berupayauntuk merobohkannya lewat bukunya "Fadlaih Al Bathiniyah".

Belakangan pada masa kebangkitan Eropa & kemunduran negara-negara islam, ketika wilayah islam menjadi seperti kue yang di bagi-bagi diantara negara-negara penjajah & ketika Dinasti ottoman(Utsmaniyah) simbol otoritas khilafah islam menjadi semacam "Orang tua yang sakit & di tunggu kematian & warisannya oleh bangsa-bangsa eropa",

Ketika itulah bermunculan para orientalis yang giat memplajari ilmu-ilmu keislaman bukan untuk melihat kebesarannya, tetapi sebagian besar mereka melakukannya hanya untuk mencari-cari kelemahan untuk mengobati rasa dendam/fobia mereka terhadap agama terakhir ini. Maka tidak heran jika mereka sering kali mendasarkan kritikannya kepada syariah pada kutipan-kutipan yang di ambil dari buku semacam "Al Aghni karya Al Ashfihani"

Dalih pembaharuan

Di tengah kemajuan Barat yang semakin pesat & kemunduran umat islam yang semakin parah, Barat tidak segan-segan untuk mengkampanyekan bahwa kemajuan mereka tidak lain karena mereka sukses dalam menjadikan agama sebagai urusan pribadi antara manusia dengan Tuhannya & tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan bermasyarakat & bernegara.

Karena itu umat islam pun kalau ingin maju harus melakukan hal yang sama. kampanye ini di terima oleh sebagian umat islam khusunya setelah runtuhnya dinasti Ottoman & di gantikan dengan negara sekuler pimpinan Kamal Ataturk.

Munculah kemudian pemikir-pemikir yang mengatakan bahwa hukum islam sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. hukum-hukum itu hanya cocok untuk seribu tahun yang lalu ketika masyarakat masih dalam kondisi primitif.
pemikiran inimmenjadi eksis di kalangan tokoh-tokoh yang memperjuangkan hak-hak rakyat miskin yang semakin tertindas seiring dengan menguatnya pemikiran sosialis di Eropa yang di ilhami oleh pandangan-pandangan Karl Marx.

Para tokoh sosialis ini kemudian mencari justifikasi (pembenar) dari agama agar pendapat mereka itu kelihatan sah & di benarkan oleh agama. Maka di tampilkanlah sahabat Nabi SAW seperti Abi Dzar R.A yang berseberangan dengan Sayyidina Utsman R.A yang mereka anggap mewakili kaum borjuis. pemikiran ini kemudian merembet ke sebagian kaum terpelajar islam yang gencar mengkampanyekan pembaharuan agama. Mereka menganggap selama ini terdapat kekeliruan umat islam dalam memahami agamanya sehingga menyebabkan kaum ini begitu terpuruk nasibnya.

di lain pihak lahir pemikiran yang bertolak belakang dengan pemikiran di atas. Yakni bahwa keterpurukan tidak lain karena mereka semakin jauh dari ajaran agamanya. Agama tinggal masalah-masalh ibadah , itupun dalam kadar yang semakin menurun. Sementara persoalan ekonomi , politik, hukum, sosial budaya dll sudah sangat jauh dari agama.
Gerakan ini kemudian di kenal dengan sebutan Al-ikhwan Al-muslimun yang mana-mana mengkampanyekan ajaran-ajaran islam yang komperhensif & integral(Syami). Gerakan ini kemudian menjadi rival utama gerakan sosialis.

Polemik & pertikaan antara keduanya selalu memanas & tiada henti. Politik punya andil besar dalam mendukung / mempersmpit gerak langkah masing-masing kelompok. Di masa Presiden Jamal Abd.Naser yang pro Soviet gerakan sosialis mendapatkan angin segar, sementara rivalnya ikhwanul tertindas habis-habisan. Sebaliknya di masa Presiden Anwar sadat Ikwan banyak mendapatkan kelonggaran.

Karena masing-masing mereka adalah orang islam & berkiprah di tengah-tengah masyarakat muslim maka tidak heran di kalangan kaum sosialispun muncul apa yang mereka sebut dengan ijtihad-ijtihad baru tentang islam.

Ada yang menitik beratkan ijtihadnya (pemikiran) pada persoalan kemanusiaan (Humanisme)
seperti yang di pelopori oleh Hasan Hanafi. Ada yang melalui jalur merintis kembali teori pemahaman nash-nash agam seperti Nasr Hamid Abu Zaid. Ada yang mengotak atik hukum-hukum islam yang sudah mapan seperti Moh.Said Asymawi, & seterusnya.

Mereka rata-rata selalu berdalih pada perlunya pembaharuan agama. Dalih & pemikran mereka ini tentunya mendapat respon & dukungan sangat positif dari dunia barat sehingga pemikiran mereka pada umumnya di ekspos dari sana.

Hampir setiap sesuatu yang datang dari barat atau mendapat acungan jempol darinya selalu memikat orang-orang indonesia tidak terkecuali pemikiran-pemikiran islam. Begitulah kemudian pemikiran-pemikiran Atau paling tidak ide dasar mereka laku keras di kalangan muda NU. Maka lahirlah jaringan Islam Liberal (JIL) yang mengkampenyekan ajaran-ajaran islam yang liberal, pluralis, humanis, demokratis yang dim komandani oleh Ulil Abshar Abdalla.

Muncul pula islam Emansipatoris, madzhab yang dirintis oleh Masdar F. Masudi yang mengajak untuk mendialogkan islam dengan problem real (nyata) yang di hadapi umat islam. Kemudian Islam POst. Tradisionalismenya Ahmad Baso dkk & Islam Kirinya LKIS & entah apalagi

Wallahu A`lam

Maka dari itu kita harus bentengi diri kita dengan takwa dan keimanan agar kita nantinya tidak mudah terpengaruh oleh pemahaman-pemahaman agama ganjil dan
semoga saja kita termasuk golongan yang di beri petunjuk bukan golongan-golongan
yang sesat amin.....amin....amin.....amin....ya robbal alamin....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar